Selasa, 28 Juni 2011

BENIH DAN BUAH

     Sebagaimana  penyebabnya, demikian pula akibatnya. Sebagaimana benihnya, demikian pula buahnya. Sebagaimana tindakannya, demikian pula hasilnya.
     Di sebidang tanah yang sama, seorang petani menanam dua benih, yang satu benih tebu, yang lain benih neem tanaman tropis yang sangat pahit. Dua benih di tanah yang sama, mendapat air yang sama, sinar matahari yang sama, udara yang sama, Alam memberi nutrisi yang sama pada keduanya. Lalu dua tanaman kecil muncul dan mulai tumbuh. Apa yang terjadi pada pohon neem ? Pohon itu berkembang dengan rasa pahit di setiap seratnya, sedang tanaman tebu berkembang dengan rasa manis di setiap seratnya. Mengapa alam atau Tuhan , bila anda suka menyebutnya demikian, mengapa Tuhan begitu baik pada yang satu dan begitu kejam pada yang lain ?
 Tidak, Tidak, alam bukan baik dan bukan kejam. Alam bekerja menurut hukum  yang sudah pasti, alam hanya membantu agar sifat benih itu dapat terwujud. Semua  nutrisi hanya membantu benih itu untuk mengungkapkan sifatnya yang laten di dalam dirinya. Benih tebu mempunyai sifat manis, karena itu tanamannya  pun tak bisa lain kecuali manis, Benih neem mempunyai sifat pahit, karena itu tanamannya pun tak bisa lain kecuali pahit. Sebagaimana benihnya, demikian juga buahnya.
      Si petani pergi ke pohon neem, membungkuk 3 kali, mengelilingi 108 kali, dan kemudian mempersembahkan bunga-bungaan, dupa, lilin, buah-buahan dan manisan. Lalu dia mulai berdoa. "Oh dewa neem, berilah aku buah mangga yang manis. Aku ingin mangga manis!" Kasihan dewa neem itu, karena dia tidak dapat memberinya. Dia tidak punya kuasa untuk memberi mangga manis. Jika seseorang ingin mangga manis, dia harus menanam benih mangga. Dengan demikian dia tak perlu menangis dan memohon bantuan dari siapapun. Buah yang akan dia peroleh tak bisa lain kecuali mangga manis. Sebagaimana benihnya, demikian buahnya.
     Sulitnya kebodohan kita menyebabkan kita selalu sembrono saat menanam benih. Kita terus menerus menanam benih neem. Tetapi bila sudah tiba waktunya pohon itu berbuah, kita tiba-tiba menjadi waspada dan penuh perhatian. Kita ingin mangga manis. Lalu kita terus menerus menangis dan berdoa serta mengharapkan  mangga manis. Hal seperti itu tidak ada gunanya...(The art of living)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar